Dibina Pemprov Jateng, Desa Tangkil Bangkit.dari Kemiskinan dan Kembangkan Kambing Etawa Seharga Puluhan Juta Rupiah

By Abdi Satria


nusakini.com-Klaten- Desa Tangkil, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang mulanya tercatat sebagai desa miskin di Jawa Tengah, kini telah berbenah dan mengolah potensi yang mampu mengangkat taraf hidup masyarakat. Kemajuan itu terjadi setelah dilakukan program Satu OPD Satu Desa Binaan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Desa Tangkil yang berada di wilayah lereng Gunung Merapi, mendapat binaan langsung dari Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) Wilayah Klaten pada 2021. Selama satu tahun, sejumlah potensi tergarap dengan baik, mulai dari sektor peternakan, UMKM, hingga kesenian.

Di bidang peternakan, Desa Tangkil mampu melahirkan kambing etawa dengan kualitas unggul. Di antaranya pernah menyabet juara tiga dalam kontes tingkat nasional di Yogyakarta. Dari keberhasilan itu, mampu mengangkat harga jual kambing etawa produk Desa Tangkil, hingga puluhan juta rupiah.

Bukan hanya itu, warga yang mulanya hanya petani dan peternak biasa dengan penghasilan pas-pasan, perlahan mulai mengembangkan peternakan kambing jenis etawa. Selain kontes, kambing etawa juga menghasilkan susu yang bagus untuk dijual di pasaran.

Suharna, peternak kambing etawa Desa Tangkil mengatakan, setelah mendapat pendampingan dari Balkesmas tersebut, kesadaran masyarakat untuk mengembangkan kambing etawa kian tinggi. Dari awalnya hanya delapan sampai 10 ekor, sekarang ada sekitar 30 ekor indukan.

“Iya lumayan, karena ada beberapa event bareng dari pendampingan Balkesmas, akhirnya animo masyarakat tertarik. Jadi, mereka mulai mencari informasi. Kita juga diskusi terkait dengan kesehatan hewan,” katanya, Selasa (31/5/2022).

Menurut Suharna, kambing etawa memiliki harga jual tinggi, karena selain dapat memproduksi susu, juga bisa diikutkan kontes. Kambing yang menjuarai kontes bahkan bisa dibanderol harga puluhan hingga ratusan juta rupiah.

“maskotnya kambing etawa Desa Tangkil itu Ragasa. Kambing Ragasa itu sudah terjual Rp85 juta (per ekor). Saat ini sudah ada keturunannya untuk dijadikan indukan. Nah, untuk cucunya ini kemarin juara tiga kontes tingkat nasional di Sleman, dan sudah ditawar Rp60 juta tapi belum saya kasih. Kalau bisa ya Rp100 juta, negolah,” paparnya.

Ditambahkan, bukan hanya mengangkat potensi kambing etawa, pembinaan pemprov juga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola UMKM berbahan baku ubi talas. Produk olahan jenis kripik itu, saat ini sudah menjangkau pasar di Kabupaten Klaten, yang awalnya hanya dijual di pasar lokal desa.

Sekretaris Desa Tangkil, Tri Handoko menuturkan, pada 2021 desanya menjadi binaan Balkesmas Wilayah Klaten untuk mengentaskan kemiskinan. Meski hanya berlangsung selama satu tahun, pembinaan itu mampu mengangkat potensi desa. Dan, hingga saat ini Balkesmas masih melakukan monitoring.

“Kebanyakan penduduk bermata pencaharian petani, peternak, dan wiraswasta. Di tahun 2021 kami mendapat binaan dari Balkesmas untuk meningkatkan taraf hidup,” tuturnya.

Perkembangannya, sejumlah potensi yang berhasil digarap dengan baik adalah sektor peternakan kambing etawa, UMKM dan kesenian.

“Kami diberikan banyak sekali pembinaan, dengan menggandeng Dinas Pertanian, dan penyuluhan bahkan sampai terkait badan hukum, terutama bagi peternak kambing etawa,” tambahnya.

Di sektor kesenian, masih bisa survive di tengah pandemi Covid-19. Karena dari Balkesmas memberikan arahan penerapan protokol kesehatan, baik dan pentas maupun latihan.

“Ya saat pandemi pelaku kesenian terutama jaran kepang atau jathilan, ada kelompok Turongggo Suro, masih bisa (tampil) dengan menerapkan protokol kesehatan,” jelasnya.

Sementara, pendamping desa dari Balkesmas Wilayah Klaten, Ratna Trisilawati menyampaikan, pihaknya langsung melakukan penggalian potensi Desa Tangkil, untuk kemudian dikembangkan.

“Kami dari Balkesmas Wilayah Klaten mendapatkan amanah untuk melakukan pendampingan di desa zona miskin, yaitu di Desa Tangkil dan setelah kami masuk ke desa ini kami gali potensinya. Ternyata di sini begitu banyak potensi kearifan lokalnya, potensi dari segi peternakan ada kambing etawa, kesenian Turonggo Suro, dan bidang UMKM didukung oleh hasil bumi yang diolah masyarakat menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ungkapnya.

Dikatakan, hasil dari pendampingan tersebut, Desa Tangkil yang dulunya masuk kategori miskin kini mulai bangkit. Sebab, masyarakat sudah mulai melihat potensi yang ada untuk melakukan pemberdayaan.

“Masyarakat semakin guyub, bisa lebih bekerja sama secara totalitas. Dan, meskipun sudah selesai, tapi di tahun 2022 ini kami masih melakukan monitoring,” ucapnya.

Khusus di sektor peternakan kambing etawa, paparnya, mengalami peningkatan yang siginifikan.

“Kambing etawa dulunya belum dikenal masyarakat, mengenalnya hanya etawa saja. Begitu kami melakukan pendampingan akhirnya sudah berani membuat kontes lokal. Harga jualnya mulai naik. Dari sini, potensi Jateng lebih terkenal lagi,” tandasnya. (rls)